BISA

BISA
Sebuah kalimat yang sangat sering kita dengar, terutama menjelang pesta demokrasi kemarin. Kalimat tersebut akan semakin laris bahkan menjadi mantra untuk menyulap segenap rakyat Indonesia ketika perebutan pucuk pimpinan Republik Indonesia kembali digelar. Tunggu saja sebentar lagi, BISA.
Coba sejenak luangkan waktu menonton televisi yang tidak bermutu, di sana akan dapatkan bertaburan kalimat BISA, BISA. Semuanya dikemas seolah-olah kalimat itu adalah kalimat ajaib, sehingga setiap Rakyat Indonesia akan segera BISA kaya, dan tidak kelaparan lagi, sehingga setiap pengangguran bangun tidur langsung BISA mendapatkan pekerjaan, sehingga setiap anak putus sekolah, BISA sekolah lagi, sehingga setiap kebijakan kenaikan BBM BISA dimaklumi, sehingga BLT BISA jadi solusi, dan BISA-BISA yang lain.
BISA adalah kalimat yang beribu-ribu kali diucapkan para pejabat negeri. Dengan kata BISA pejabat BISA berkata tidak korupsi, dengan kata BISA pejabat BISA mengelak dari kewajiban mengerti nurani, dengan kata BISA pejabat berlari menyongsong ribuan keuntungan materi, dengan kata BISA banyak pejabat dapat lolos dari jeratan sanksi.
BISA sangat bearti bagi negeri ini. Bagai primadona dalam belantika kalimat. Sangat special, sespecial para pengucapnya dari panggung-panggung politik penuh ketidakpastian.
BISA sebentar lagi akan kembali memacu adrenalin rakyat Indonesia yang buta akan akan esensi makna. BISA akan menyihir para pemalas-pemalas bekerja, BISA akan melumat ratusan rakyat miskin dari kota sampai desa. BISA akan menyerang setiap sekat yang dipagar oleh tangan-tangan tak berdaya. BISA…………. BISA
Bersiaplah BISA tanpa berkata BISA karena di sana ada manipulasi ratusan bahkan jutaan makna. Di sana ada ribuan kontrak-kontrak politik penjualan aset-aset Negara, di sana ada kompromi politik dengan Amerika dan sekutunya untuk tunduk dan setia pada ekonomi kapitalis dan neo liberalismenya. Di sana banyak kebijakan-kebijakan yang tidak akan pro rakyat, kenaikan BBM, mahalnya biaya pendidikan, kemunafikan pakar-pakar lingkungan, kerakusan pengusaha-pengusaha dadakan, dan lain-lain.
Aku tidak percaya BISA apalagi untuk di LANJUTKAN karena masyarakat yang sebagian anggotanya mengeksploitasi sebagian anggota lainnya yang lemah dan tertindas tidak dapat disebut sebagai masyarakat Islam (Islamic Society) (Engineer,1999)

Leave a comment